Sabtu, 22 Desember 2012

Percobaan Lazzaro Spallanzani


Pertanyaan “dari manakah asal kehidupan?” telah dicoba dijawab dengan berbagai teori dan percobaan. Diantaranya adalah percobaan Spallanzani yang meragukan kebenaran teori Abiogenesis/ Generatio Spontanea dari Aristoteles (Tim Penyusun, 2012).
Selama ribuan tahun, itu adalah konsensus umum bahwa makhluk hidup tertentu muncul utuh dari kekuatan penting yang melekat
dalam benda mati atau membusuk. Ini kepercayaan kuno di generatio spontanea-abiogenesis-terus menerus diperkuat orang yang mengamati bahwa daging yang ditinggalkan dalam keadaan terbuka "diproduksi" belatung, bahwa jamur muncul pada kayu lapuk, bahwa tikus dan anak tikus muncul dari tumpukan sampah, dan fenomena serupa lainnya           (Talaro, 1995).
Dua hipotesis berusaha untuk menjelaskan asal-usul dari "bentuk-bentuk sederhana" kehidupan: (1) mereka muncul secara spontan oleh massa dari kekuatan penting dalam benda mati(abiogenesis), * atau (2) mereka muncul hanya dari makhluk hidup lain yang sama dengan jenis mereka(biogenesis) (Talaro, 1995).
Fransesco Redi (1626-1697) seorang ahli kedokteran italia mencoba membuktikan ketidak-benaran pendapat “generatio spontanea” dengan membuat percobaan-percobaan yang hasilnya menyatakan bahwa hewan kecil (lalat) yang muncul pada  berbagai substrat berasal dari telur yang diletakkan induknya (Kusnadi, 2003).
Lazzaro Spallanzani (1729-1799), Biologiwan Italia membantah pernyataan generatio spontanea (makhluk hidup terbentuk secara spontan). Pada tahun 1765 Spallanzanii melakukan percobaan mengunakan air rebusan daging dan dua macam perlakuan pada labu. Labu I diisi air rebusan daging (kaldu), kemudian di panaskan pada suhu 15ºC selama beberapa menit, dan dibiarkan terbuka      (Siddiq, 2009).
Sedangkan labu II diisi air kaldu juga, ditutup rapat dengan sumbat gabus. Kemudian labu dipanaskan hingga mendidih. Selanjutnya kedua macam labu tersebut didinginkan. Setelah kurang lebih satu minggu, hasil percobaannya menunjukkan bahwa pada labu I air kaldu menjadi keruh dan berbau busuk dan banyak mengandung mikroorganisme. Pada labu II air kaldu tetap jernih dan tidak berbau busuk. Akan tetapi jika labu II kemudian di buka dan dibiarkan lebih lama lagi, air kaldu menjadi keruh dan berbau busuk seperti pada hasil labu I (Siddiq, 2009).
Kesimpulan Spallanzani adalah pada tabung yang terbuka terdapat kehidupan yang berasal dari mikroorganisme di udara. Pada tabung yang tertutup tidak terdapat kehidupan. Ini membuktikan bahwa kehidupan bukan berasal dari air kaldu. Hasil percobaan Spallanzani disanggah oleh penganut teori Abiogenesis. Sanggahannya adalah kehidupan pada percobaan Spallanzani tidak terjadi karena daya hidup tidak dapat masuk ke dalam labu. Menurut mereka, untuk terbentuknya mikroorganisme dalam air kaldu dibutuhkan udara (Siddiq, 2009).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar