Pertanyaan “dari manakah asal kehidupan?” telah dicoba
dijawab dengan berbagai teori dan percobaan. Diantaranya adalah percobaan
Spallanzani yang meragukan kebenaran teori Abiogenesis/ Generatio Spontanea
dari Aristoteles (Tim Penyusun, 2012).
Selama ribuan tahun, itu adalah konsensus umum bahwa makhluk
hidup tertentu muncul utuh dari kekuatan penting yang melekat
dalam benda mati atau membusuk. Ini kepercayaan kuno di generatio spontanea-abiogenesis-terus menerus diperkuat orang yang mengamati bahwa daging yang ditinggalkan dalam keadaan terbuka "diproduksi" belatung, bahwa jamur muncul pada kayu lapuk, bahwa tikus dan anak tikus muncul dari tumpukan sampah, dan fenomena serupa lainnya (Talaro, 1995).
dalam benda mati atau membusuk. Ini kepercayaan kuno di generatio spontanea-abiogenesis-terus menerus diperkuat orang yang mengamati bahwa daging yang ditinggalkan dalam keadaan terbuka "diproduksi" belatung, bahwa jamur muncul pada kayu lapuk, bahwa tikus dan anak tikus muncul dari tumpukan sampah, dan fenomena serupa lainnya (Talaro, 1995).
Dua
hipotesis berusaha untuk menjelaskan asal-usul dari "bentuk-bentuk
sederhana" kehidupan: (1) mereka muncul secara spontan oleh massa dari kekuatan
penting dalam benda mati(abiogenesis), * atau (2) mereka muncul hanya dari makhluk
hidup lain yang sama dengan jenis mereka(biogenesis) (Talaro, 1995).
Fransesco
Redi (1626-1697) seorang ahli kedokteran italia mencoba membuktikan
ketidak-benaran pendapat “generatio spontanea” dengan membuat
percobaan-percobaan yang hasilnya menyatakan bahwa hewan kecil (lalat) yang
muncul pada berbagai substrat berasal dari
telur yang diletakkan induknya (Kusnadi, 2003).
Lazzaro Spallanzani (1729-1799), Biologiwan Italia membantah pernyataan generatio
spontanea (makhluk hidup terbentuk secara spontan). Pada tahun 1765
Spallanzanii melakukan percobaan mengunakan air rebusan daging dan dua macam
perlakuan pada labu. Labu I diisi air rebusan daging (kaldu), kemudian di
panaskan pada suhu 15ºC selama beberapa menit, dan dibiarkan terbuka (Siddiq,
2009).
Sedangkan labu II diisi air kaldu juga, ditutup rapat
dengan sumbat gabus. Kemudian labu dipanaskan hingga mendidih. Selanjutnya
kedua macam labu tersebut didinginkan. Setelah kurang lebih satu minggu, hasil
percobaannya menunjukkan bahwa pada labu I air kaldu menjadi keruh dan berbau
busuk dan banyak mengandung mikroorganisme. Pada labu II air kaldu tetap jernih
dan tidak berbau busuk. Akan tetapi jika labu II kemudian di buka dan dibiarkan
lebih lama lagi, air kaldu menjadi keruh dan berbau busuk seperti pada hasil
labu I (Siddiq, 2009).
Kesimpulan Spallanzani
adalah pada tabung yang terbuka terdapat kehidupan yang berasal dari
mikroorganisme di udara. Pada tabung yang tertutup tidak terdapat kehidupan.
Ini membuktikan bahwa kehidupan bukan berasal dari air kaldu. Hasil percobaan
Spallanzani disanggah oleh penganut teori Abiogenesis. Sanggahannya adalah
kehidupan pada percobaan Spallanzani tidak terjadi karena daya hidup tidak
dapat masuk ke dalam labu. Menurut mereka, untuk terbentuknya mikroorganisme
dalam air kaldu dibutuhkan udara (Siddiq, 2009).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar